Senin, 06 Juli 2009

Cerita Penjual Bubur Kacang Ijo

Cerita Penjual Bubur Kacang Ijo


Ditulis Oleh: Gusti M Ali

MANUSIA dalam menjalani roda kehidupannya perlu kereatif dan yakin kepada Allah swt bahwa ketentuan terbaik ada ditanganNya,
Apalagi di era krisis ekonomi global sekarang ini kita dituntut berpikir ektra, kalau tidak dapat digilas oleh roda-roda gila didunia panah ini.
Seperti dialami Husairi (31) si pengantin baru kelahiran Madura yang telah puluhan tahun terdampar dikota empek-empek Palembang dan sejak enam bulan terakhir mencari nafkah pakai grobak jual bubur kacang ijo didepan Masjid Al Hijrah Timbangan Km 32 Indralaya, Ogan Ilir.
Suami Mardiana asal desa Sejangko Pegagan Ogan Ilir ini kepada "Agung Post" menuturkan kisah hidupnya, seharus dengan modal pinjamam keluarga isteri ini saya jualan sate, tapi karena modal tidak cukup maka saya jual bubur saja, dan kebetulan dikawasan Timbangan km 32 ini belum ada yang tertarik untuk jual bubur kacang ijo, terangnya bersemangat.
Masih Kata Husairi, modal awal keseluruhan sekarang sekitar Rp5juta inipun dapat ngutang sama mertua Mas. Alhamdulillah dengan menghabiskan kacang ijo sekitar 1/2 kilogram jualan dari pukul 16.00 sampai pkl 20.00, setiap hari saya bisa mengumpulkan uang Rp70 ribu, kalau dihitung-hitung untungnya cukuplah makan dan minum sehari-hari. Kerjaan ini cuma menghindari nganggur saja Mas, tuturnya pada "Agung Post" dengan mimik sedih.
Saya hanya berharap pada pemerintah kalau ngucurkan dana KUR hendaknya memperioritaskan pedagang-pedagang kecil seperti saya ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar