Selasa, 07 Juli 2009

Kisah Cinta Saat Remaja


Kisah Cinta Saat Remaja
CINTA sebuah kata yang sulit diartikan, tapi mempunyai makna yang
dalam. Ketika aq masih remaja dan duduk dikelas VI sekolah dasar
aq sudah mengenal cinta, seorang dara remaja, Melati, sekelas
dengan aq menjadi tumpuan cintaku.
Melati, mempunyai kisah tersendiri dalam kehidupan keluarganya,
ia telah ditinggal ibunya ketika ia duduk dibangku kelas IV SD,
ibunya meninggal karena sakit jantung, kesehariannya Melati,
hanya bersama ayah dan kakaknya, pilu memang jika aq mengingat
kisah ini, karena kisah itu telah berlalu 50 tahun silam.
Kisah lain darinya adalah, ayahnya menikah lagi, lalu dia hidup
bersama ibu tirinya dalam satu rumah.
Kisah cinta berawal dari aq memberikan sebuah buku tulis yang dia
butuhkan, dan kebetulan dia tidak mempunyainya, mulailah cinta
itu bersemi.
Hari-hari berlalu, rasa saling mencintai, ibarat bunga mulai jadi
buah.
Dalam kisah ini ada cerita kehidupan keluarganya, maklum karena
ikut bersama ibu tiri, ibarat pepatah sekejamnmya ibukota, masih
kejam ibu tiri. Dia sering menuturkan hal itu padaku, kasihan
memang jika diingat, dia sudah mulai tidak cocok dengan ibu
tirinya.
Karena sudah merasa tidak cocok dengan ibu tirinya, dia memutus
kan untuk pergi ikut keluarga almarhum ibunya di Jakarta. Berat
aq melepasnya, namun apa hendak dikata itu keputusan yang harus
ia jalani. Sebelum dia pergi kami membuat janji dan sepakat untuk
saling memberi tanda mata berupa, aq memberikan salah satu baju
ku, dan dia memberi aq kain.
Pada hari yang ditentukan, aq mendahului memberikan salah satu
bajuku kepadanya, sedang dia berjanji begitu dia mau berangkat
pergi, baru dia akan memberikan kain kepadaku.
Tapi entah mengapa, tanpa sepengetahuanku dia berangkat begitu
saja dan tidak meninggalkan kain yang ia janjikan itu. Sedih
sekali aq setelah mendengar bahwa dia telah pergi, terlebih lagi
dia tidak memberiku kain sebagai tanda mata padaku.
Sekolahku terganggu, hampir setiap saat aq mengenang dia, tapi aq
tidak dapat berbuat apa-apa.
Pendek cerita suatu hari setelah beberapa tahun kemudian aku
menerima surat darinya, tapi dia sedikitpun tidak menyinggung
tentang kain layaknya dia tidak mempunyai janji padaku.
Sakit hatiku, sehingga surat itu tidak q perdulikan kebetulan aq
sudah mendapat penggantinya. Tapi karena dia cinta pertamaku,
maka sulit aq melupakannya. Perang perasaan terjadi dalam diriku,
antara kembali kedia atau terus pada kekasih yang baruku.
Seiring masa terus berjalan, dan mungkin karena dia jauh dariku,
akhirnya aku memutuskan memilih kekasih baruku.
Kedaan memang sulit ditebak, begitu aku akan melaksanakan perni
kan, tiba-tiba saja dia kembali dari Jakarta dan menemuiku, lebih
aneh lagi justru dia menuntut janji bahwa menurut orang tuanya
dia diminta kembali ke Palembang akan dinikahkan denganku.
Sedih, pilu, jengkel, kasihan dan lainnya bercampur jadi satu,
waktu pernikanku sudah tiba. Dia menyaksikan dan mengurus perni
kahanku, kala itu sulit aku membayangkan perasaan apa sebenarnya
sedang aku rasakan.
Kini dia telah mempunyai cucu, dan akupun demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar